Keandalan PT Rekayasa Industri (Rekind) melalui aktivitas keterlibatannya di Proyek Gas Processing Facility (GPF)-Jambaran Tiung Biru (JTB) kembali terbukti. Perusahaan EPC nasional ini kembali mengukir prestasi melalui laga tahapan pre-commissioning Buyback Gas di proyek strategis nasional tersebut. Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan pada Kamis (30/9) itu merupakan tahapan pengerjaan commissioning dari proses EPCC (Engineering, Procurement, Construction dan Commissioning) proyek ini.
Melibatkan ratusan tenaga ahli dan profesional Rekind di bidangnya, agar tahapan ini berjalan sukses. Tahapan Buyback Gas sendiri punya korelasi kuat untuk menentukan keberhasilan tahapan strategis lainnya di proyek milik PT Pertamina EP Cepu (PEPC) tersebut. Prosesi kegiatan yang dimulai sejak pukul 10.00 Wib itu, di antaranya disaksikan langsung oleh General Manager PEPC Charles Harianto Lumban Tobing, Budi Prianto – Project Manager (PM) GPF JTB, Heri Budiman Deputi PM GPF – JTB dan Sabilal Arif Construction Manager (CM) GPF – JTB.
“Buat kami yang ada di site project, suksesnya kegiatan ini membawa kebanggaan tersendiri. Selain menunjukkan komitmen dan profesionalisme kuat Rekind, tahapan ini sangat menentukan dalam penyelesaian kegiatan project. Dan alhamdulillah, semuanya berjalan lancar, sesuai dengan apa yang kita harapkan bersama,” ujar Budi Prianto, Project Manager GPF – JTB.
Pengertian Buyback Gas dalam tonggak pencapaian tahapan ini adalah mengambil gas bersih yang dibeli dari PT Perusahaan Gas Negara (PGN) dalam kapasitas jumlah yang sangat kecil, untuk kemudian dialirkan sebagai starting power Boiler dan Gas Turbin Generator (GTG). Boiler merupakan alat untuk mengubah air menjadi uap melalui pemanasan, di mana uap air tersebut bisa diatur seberapa kuat tekanannya sehingga bisa digunakan sebagai tenaga gerak. Sedangkan Gas Turbin Generator (GTG) adalah sebuah mesin generator di mana turbin/pemutar mesinnya itu digerakkan oleh gas bersih yang dibeli dari Pertagas tersebut. Jika aliran gas sudah mampu menggerakkan boiler dan GTG, gas ini digunakan sebagai power untuk menggerakan motor-motor besar, yang satu di antaranya menunjang proses chemical cleaning. Proses ini merupakan bagian yang fokus kegiatannya bertumpu untuk membersihkan tower-tower, yaitu Absorber dan Selexol Regenerator. “Tower-tower itu semua harus dibersihkan dengan chemical yang motor penggeraknya disuplai listrik dari GTG,” ungkap Gito Waluyo, Deputi Project Manager GPF-JTB.
Sebelum dilakukan Chemical Cleaning, steam yang dihasilkan dari Boiler berfungsi untuk membersihkan pipa-pipa jalur gas yang menggunakan steam bertekanan melalui steam blowing. Setelah bersih, dilakukan adaptasi atau penyesuaian, baru kemudian GTG ini digunakan untuk supply power sewaktu chemical cleaning. “Jadi milestone (tonggak pencapaian) dari Buyback Gas ini adalah untuk chemical cleaning,” lanjut Gito Waluyo.
Jika proses chemical cleaning sudah selesai semua, berarti GPF JTB sudah siap dioperasikan, terutama setelah seluruh pipa ini dibersihkan dengan menggunakan flushing dan blowing. Setelah dibersihkan semua, sistem instrumentasi dan shut down systemnya dicek. Setelah semua sudah memenuhi perencanaan, dilanjutkan dengan proses simulasi. Maka operasi pipa gas ini sudah siap dijalankan.
Sebenarnya untuk tahapan ini, dalam menggerakkan boiler dan GTG bisa menggunakan bahan bakar solar sebagai alternatif lain. Tapi biaya yang harus dikeluarkan cukup besar dan solar yang digunakan tidak sembarangan dan kualitasnya harus terjamin. Makanya dipilih gas yang selain lebih efisien, lebih bersih (eco-friendly) juga relative lebih murah. “Meskipun begitu, uji coba pada tahapan dengan menggunakan solar sudah pernah dilakukan. Hasilnya juga sangat baik dan sesuai dengan yang direncanakan,” ungkap Budi Prianto.
Kalau boiler dan GTG sudah berjalan normal, diharapkan tahapan selanjutnya akan lebih lancar lagi karena Buyback Gas dan juga power/listrik yang dihasilkan dari GTG akan bisa digunakan untuk penggunaan Commissioning unit-unit lain seperti Compressor, Fin-Fan Cooler dan Heater. Pabrik JTB ini sendiri secara khusus akan memproses gas bumi mentah menjadi gas bersih dengan kadar belerang, air dan gas karbon dioksida yang sudah sesuai spesifikasi. Gas tersebut dikompresi kemudian dialirkan sebagai gas jual (sales gas) ke jalur pipa di Pertagas.
Selain memproduksi gas bersih (sales gas), Pabrik JTB nantinya juga akan memproduksi hasil samping yang juga bisa dimanfaatkan atau dijual yaitu kondensat dan asam sulfat.
Keterlibatan dalam proyek GPF-JTB menunjukkan peran nyata Rekind dalam mendukung program pemerintah, terutama dalam hal pemanfaatan sumber daya gas. “Pada pada akhirnya semua proses ini akan bermuara untuk menopang perekonomian negara melalui industri pupuk secara khusus, dengan menyalurkan gas ke pabrik-pabrik pupuk yang merupakan salah satu pilar pendukung ketahanan pangan nasional,” tambah Edy Sutrisman, SVP Corporate Secretary & Legal Rekind.