PT Rekayasa Industri (Rekind) mendapat kado istimewa tepat diusianya yang ke – 41 tahun. Anak perusahaan PT Pupuk Indonesia Holding Company itu kembali mengukir prestasi. Melalui kompetensi terbaiknya, setelah mendapatkan sertifikat RHIC (Ready for Hydrocarbon In Certificate), Minggu, 14 Agustus 2022, Tim Rekind di Proyek Jambaran Tiung Biru (JTB) memasuki tahapan penting Gas-In. Milestone ini dikatakan penting karena merupakan bagian dari tahapan masuknya aliran gas alam ke dalam fasilitas pabrik Proyek Strategis Nasional milik PT Pertamina EP Cepu (PEPC) tersebut.
“Walaupun Proyek JTB ini sempat terdampak langsung selama dua tahun lebih akibat pandemi Covid-19, di mana aktivitas fabrikasi peralatan, kegiatan transportasi pelabuhan di luar negeri terhenti menyusul kebijakan lockdown di negara asal, serta pembatasan ruang kerja akibat pemberlakuan prokes covid yang ketat selama pekerjaan konstruksi, tapi dengan semangat dan komitmen yang tinggi dan dengan ijin Allah SWT, akhirnya tim Rekind berhasil melewati milestone penting Gas-In ini dengan baik. Segenap jajarn Direksi dan Manajemen Rekind mengucapkan terima kasih kepada tim proyek JTB serta support yang luar biasa dari keluarga,” tegas Direktur Utama Rekind, Triyani Utamingsih.
Proses pencapaian Gas-In yang merupakan lingkup kerja Rekind itu berperan sangat strategis dalam keberlanjutan kegiatan proyek JTB. Dalam tahapan ini, Rekind harus memastikan bahwa semua fasilitas pabrik telah lolos uji dan siap untuk dialiri gas alam dengan tingkat keselamatan yang sangat tinggi. GPF di proyek JTB sejak awal dirancang untuk mampu mengolah gas alam beracun dengan kadar H2S yang sangat tinggi menjadi gas berkualitas terbaik dan siap dikonsumsi.
“Gas-In merupakan tahap awal pembuktian bahwa equipment dan instalasi terintegrasi yang dirancang bangun oleh insinyur-insinyur terbaik Rekind dari berbagai perguruan tinggi Indonesia berjalan dengan baik. Keberhasilan dalam tahapan ini menunjukkan peran serta kompetensi Rekind tetap bisa diandalkan bagi pembangunan infrastruktur industrial plant yang memiliki tingkat kesulitan tinggi seperti halnya di fasilitas gas JTB ini. Jelas ini sangat membanggakan,” tegas, Triyani Utamingsih, atau akrab disapa Yani.
Gas alam di Proyek JTB yang bersumber dari sumur produksi Jambaran Central dan sumur Jambaran East ini mengandung kontaminan yang turunannya berupa hidrokarbon cair, air, H2S, dan gas inert. Sebagai proses pemisahan awal, gas alam dipisahkan dari cairan yang menyertainya. Pekerjaan ini tentunya memerlukan SDM ahli dan berpengalaman saat merancang peralatan pabrik untuk memisahkan unsur kandungan tersebut sebelum berlanjut ke proses berikutnya.
Komposisi gas alam yang diekstraksi dari sumur produksi masih sangat mentah, diperlukan proses khusus yang sering disebut dengan sweetening process. Setelah memisahkan cairan pada separator hulu, dilakukan tahapan dehydration process untuk memastikan kandungan air pada gas telah dihilangkan secara sempurna.
“Kami sangat konsisten dan fokus secara penuh agar bisa memberikan hasil terbaik dalam mewujudkan keberlangsungan proyek JTB ini. Semua kami lakukan dengan seksama secara maksimal dan profesional melalui penerapan inovasi yang dimiliki Rekind, mulai dari proses perancangan hingga membangun infrastruktur berteknologi tinggi,” tegas Yani.
Proyek JTB dirancang untuk mengolah gas input 330 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) dengan kapasitas produksi sales gas sebesar 192 MMSCFD. Gas yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan industri di wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Jambaran Tiung Biru ini sendiri secara khusus akan memproses gas bumi mentah menjadi gas bersih dengan kadar belerang, air dan gas karbon dioksida yang sudah sesuai spesifikasi.
Gas tersebut dikompresi kemudian dialirkan sebagai gas jual (sales gas) ke jalur pipa milik Pertagas. Selain memproduksi sales gas, JTB nantinya juga akan memproduksi hasil samping yang juga bisa dimanfaatkan atau dijual yaitu kondensat dan asam sulfat.
“Keterlibatan dalam proyek JTB ini menunjukkan peran nyata Rekind dalam mendukung program pemerintah, terutama dalam hal pemanfaatan sumber daya gas. Harapannya semua proses ini akan bermuara untuk menopang perekonomian bangsa dan negara. Atas pencapaian tahapan Gas-In yg luar biasa ini kami mengucapkan terima kasih atas dukungan dari manajemen Pertamina EP Cepu, para subcontractor, vendor, induk perusahaan, pemerintah pusat, dan pemkab Bojonegoro, serta pemangku kepentingan lainnya” tambah Yani.